Video games sering digambarkan oleh media dan banyak penentu kebijakan bidang pendidikan sebagai penyebab perilaku yang buruk. Tetapi sekarang dan dikemudian hari nantinya bermunculan penelitian yang menunjukkan bahwa dampak video game tidak jahat seperti yang ditampilkan.
Tulisan ini saya dapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Peneliti di Universitas Michigan. Artikel ini asalnya dari: http://www.seriousgamessource.com/item.php?story=24094, disadur dan disesuaikan dengan tujuan memberikan pengertian yang lebih baik kepada pembaca.
Penelitian baru di bulan Juni 2009, seperti yang dibahas di buletin jurnal akademik untuk Masalah Kepribadian dan Psikologi Sosial Tanpa Kekerasan menyimpulkan bahwa, video game tipe pro sosial bisa membuat anak-anak “menjadi lebih terbuka untuk membantu – tidak melukai – orang lain.”
Peneliti di University of Michigan, profesor komunikasi dan psikologi, penulis bersama Brad Bushman berkata dalam video rilisnya, “Orang tua bertanya kepada saya,” Apakah video game berdampak baik atau buruk? ” Tetapi menurut saya, pertanyaan itu salah bila ditanyakan demikian, karena video game hanyalah sebuah alat. Dan seperti alat lainnya, mereka dapat digunakan untuk tujuan baik atau buruk. ”
Laporan yang dilakukan oleh konsorsium peneliti dari Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Malaysia, menjelaskan permainan tipe pro sosial membuat pemain yang bertindak sebagai “karakter yang melibatkan bantuan dan dukungan satu sama lain dalam cara tanpa kekerasan.”
Salah satu tahapan pelaksanaan penelitian belajar dilakukan dengan 727 anak-anak di Singapura dengan rata-rata usia 13 tahun. Para peserta dicatatat pilihan permainan favorit mereka dan seberapa sering mereka dalam karakter permainan bertindak atau mengalami untuk “membantu, menderita/sakit atau membunuh karakter lain.” Seiring dengan pertanyaan itu, studi ini juga mempelajari tindakan anak-anak itu sendiri untuk reaksi dan keputusan yang mereka lakukan untuk perbuatan baik, seperti berbagi dan bekerja sama, atau dalam beberapa kasus, bereaksi agresif terhadap situasi yang terjadi didalam permainan.
Studi ini menemukan fakta bahwa “ada korelasi yang kuat antara bermain game jenis pro sosial dengan tindakan membantu orang lain.” Tetapi juga ditemukan korelasi yang kuat antara game kekerasan dan perilaku negatif.
Studi kedua dilakukan di Jepang, melibatkan 2.000 anak-anak, juga menemukan korelasi antara game tanpa kekerasan dan perilaku positif, yang dilakukan selama beberapa bulan seperti penelitian pertama.
Studi ketiga menggunakan mahasiswa Amerika dengan usia lebih dari 19 tahun dimana peserta yang diikutkan diberi kesempatan bermain baik game jenis pro sosial, kekerasan, atau permainan yang netral. Kemudian siswa ditugaskan untuk menjawab teka-teki yang dipilih secara acak bekerjasama dengan seorang pemain lain sebagai mitranya. Jika sang mitra yang dapat memecahkan teka-teki, pasangan tersebut akan memperoleh uang sebanyak $ 10. Pemain yang telah memilih orang sebagai mitranya dapat memilih teka-teki yang mudah atau dapat memilih yang teka-teki sulit untuk dijawab oleh mitranya. Pada dasarnya mudah atau sulit adalah pilihan yang harus diambil pemain untuk memutuskan bagaimana tingkat kesulitan mitranya juga untuk memperoleh uang.
Hasil penelitian ditemukan bahwa “orang-orang yang berperan dengan permainan jenis pro sosial lebih bermanfaat kepada orang lain, juga lebih mudah memilih jenis teka-teki kepada mitra mereka. Dan mereka yang suka bermain game kekerasan cenderung memberikan yang teka-teki yang sulit.”
“Diambil kesimpulan bahwa, dari temuan-temuan tersebut jelas menunjukkan bahwa bermain video game tidak langsung berarti berdampak baik atau buruk bagi anak-anak,” ujar Bushman. “Jenis konten dalam permainan memiliki dampak yang lebih besar dari keseluruhan jumlah waktu untuk bermain seperti yang diperkirakan orang.
written by Kris mengenten
Kata Mutiara
"Perjalanan menempuh 1000 mil dimulai dari satu langkah pertama"
Sabtu, 17 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar