Kata Mutiara

"Perjalanan menempuh 1000 mil dimulai dari satu langkah pertama"
Powered By Blogger

Minggu, 19 Juli 2009

Puisi Cinta "Setia"

Tugas Steganography

Hayoo...siapa bisa menebak pesan tersembunyi dalam Puisi Cinta ini?

S E T I A

Menatap Bintang di langit cerah...
Indah sejuta makna...
Rebah sudah rinduku berlabuh...
Senyum terteduh dalam hati...

Cinta yang mengalir dalam hembusan nafas...
Mengendap keras dalam lelahnya jiwa...
Ingin ku tenggelamkan diri dalam pusara rindu kasih...
Gelora cinta yang memancar...
Kecintaan akan hati yang tulus...
Saling berbagi rasa...
Nanti-menanti, sayang-menyayangi...

Bagai lukisan indah...
Mutiara yang berderet, berparade...
Aku akan selalu menantimu...
Dengan hati luas tak terbatas...
Ingin aku selalu ada untukmu...
Cinta yang berbalas...
Wahai pujaan hatiku...
Aku akan tetap Setia...

Minggu, 05 Juli 2009

B a h a g i a

Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.
Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan.
Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan no. satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri, jikalau berharap dari orang lain, siaplah ditinggalkan, siaplah dikhianati. Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepadanya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.

Tersenyumlah..

Banyak pemikir yang berpendapat bahwa senyum dan tawa adalah salah satu sebab yang paling kuat yang mendorong manusia agar lebih efektif dan produktif. Oleh karena itu, mereka memberi nasihat bahwa agar semua orang, sesuai dengan posisinya dalam kehidupan ini, jika ingin hidup tenang, rileks dan berbahagia agar ia selalu penuh dengan humor, sering tersenyum dan tertawa. Hal ini pada gilirannya akan menciptakan nuansa kejernihan, kebersihan, menghilangkan kesedihan, rasa bosan, dan khawatir terhadap kehidupan ini.
Rasulullah adalah orang yang paling banyak tersenyum dan tertawa di hadapan para sahabat beliau. Bahkan beliau menjadikan senyum sebagai ibadah, seperti sabda beliau, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.”
Jarir bin Abdullah Al Bujali Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Setiap kali saya menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam kecuali beliau selalu tersenyum.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Jabir yang lain, “…kecuali beliau tertawa.” (HR. Bukhari)
Abdullah bin Al Harits Al Zabidi Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang paling banyak tersenyum selain Rasulullah.” (HR. Ahmad)
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Bahwa Rasulullah adalah orang yang paling indah tertawanya.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain ia mengatakan bahwa, “Rasulullah adalah yang paling murah senyumnya.” (HR. Ahmad)
Senyum dan tertawa yang tidak berlebihan merupakan penawar rasa stres, melapangkan hati dan mengantarkan seseorang kepada keceriaan. Tetapi jangan salah, tertawa berlebihan dapat mematikan hati.
Seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda, “Janganlah engkau memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. Bukhari)
Hal ini menandakan bahwa tertawa kecil sesekali diperbolehkan, namun banyak tertawa dan bahkan mengumbar tawa berlebihan maka hukumya makruh, dan tidak dibenarkan karena akan mengurangi kewibawaan.
Islam membolehkan tertawa dengan persyaratan tertentu:
1. Menggunakan kata-kata yang baik, Allah berfirman: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada. Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (Ibrahim:24-26)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba tidak berbicara dengan suatu kalimat yang diridhai Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya dan sesungguhnya seorang hamba tidak berbicara dengan suatu kalimat yang dimurkai Allah kecuali akan diturunkan derajatnya di neraka jahannam.” (HR. Bukhari)
2. Tidak mengandung penghinaan, seperti yang disebutkan dalam Al Quran Surat Al Hujurat ayat 11.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya ada di antara orang yang berani berkata-kata dengan perkataan yang dianggap sepele, karena sekadar ingin mengundang tawa sekelompok orang, padahal ia jatuh tergelincir karenanya sangat jauh melebihi jauhnya langit.” (HR. Ahmad)
3. Tidak berbohong, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda: ”Tidaklah sempurna keimanan seseorang hamba hingga ia meninggalkan perbuatan dusta ketika bersenda gurau dan bersikap sombong meskipun ia benar.” (HR. Ahmad) dan “Saya pun bercanda. Tapi aku tidak mengatakan sesuatu kecuali kebenaran.” (HR. Thabrani)
4. Tidak berlebihan dan lupa waktu.
Semoga bermanfaat.
Sumber Bacaan:
Ibtasim, Tersenyumlah, Aidh bin Abdullah Al Qarni, Al Qalam