Kata Mutiara

"Perjalanan menempuh 1000 mil dimulai dari satu langkah pertama"
Powered By Blogger

Sabtu, 27 Juni 2009

Blog ? Apa itu?

BLOG = WEB LOG

Blog memiliki arti yang berbeda-beda untuk setiap orang, ada yang mengatakan blog adalah sebuah online diary, ada yang mengatakan blog adalah situs pribadi, ada yang mengatakan blog adalah jaringan sosial seperti (layaknya friendster, myspace, atau facebook), dan ada yang mengatakan blog adalah sebuah majalah dinding digital (dimana kita bisa memaparkan puisi, karya ilmiah, lukisan, opini, dll).

Dalam versi saya, blog adalah sebuah website atau situs. Sebuah situs yang menggunakan program dengan system yang dapat mengatur isi/konten didalamnya. Kalau dalam bahasa kerennya adalah CMS (Content Management System) yang artinya, website/situs tersebut menggunakan software/program yang telah didesain agar memudahkan kita untuk membuat, mempublikasikan dan mengatur isi kontent situs kita baik tulisan, gambar, suara ataupun video. Jadi, system CMS inilah yang memudahkan setiap orang untuk membuat website mereka baik yang bersifat pribadi, komersial, ataupun organisasi (dipakai banyak pihak). Dalam aplikasinya terhadap isi/konten situs, system ini bekerja mirip-mirip seperti cara menyusun jurnal atau diary, yang berisikan postings (entry) tunggal dan diorganisir (diatur) menurut tanggal diterbitkan atau arsip.
Apa gunanya Blog?

Blog digunakan oleh banyak orang untuk kegiatan yang beragam. Ada yang menggunakannya sebagai tempat curhatan/diary online dimana mereka menyimpan setiap cerita hidup yang mereka alami dari hari-ke-hari, beberapa orang menggunakannya sebagai tempat membahas masalah ekonomi, sosial, politik, seni atau topik-topik yang lebih spesifik, sebagian orang menggunakan blog untuk bisnis (tempat kegiatan jual-beli), sebagian membuat blog untuk mencari jodoh (well, that’s what I’m doing lately), mencari teman atau relasi, ada yang menggunakannya untuk mempromosikan club/community dan ada juga yang menggunakan blog sebagai iseng-isengan saja agar dibilang ga ketinggalan jaman alias up-to-date… Yup, hari gene gak punya blog? Apa kata dunia… :) Tapi yang jelas, blog bisa digunakan untuk kegiatan apapun sebagai media informasi dan komunikasi 2 arah atau lebih.
Tipe-tipe blog yang ada saat ini:

Ada beragam jenis/tipe blog yang beredar didunia maya saat ini. Penjelasan jenis tipe-tipe blog ini bukan berdasarkan tujuan kegunaanya saja tetapi berdasarkan isi kontennya seperti:

Blog pada umumnya (General Blogs): Ketika kamu mendengar kata “blog” dari orang lain, atau di suatu tempat, biasanya blog yang dimaksud adalah blog tipe ini. Blog-blog ini isi kontennya biasanya berbasis text (tulisan), tetapi banyak juga (images) gambar, video atau suara yang di-kombinasikan didalamnya. Blog jenis ini banyak ditemukan karena memang sangat mudah untuk membuat dan memaintain (mengurus)nya. Contohnya adalah blogpraktis.com ini.

Photo blogs: Photo blog atau Phlogs adalah tipe blog yang digunakan orang untuk saling membagi (sharing) photo dari berbagai koleksi photo. Biasanya blog jenis ini dibuat untuk tujuan khusus yaitu seputar pembahasan photography. Dalam phlogs, isi kontennya pada umumnya adalah photo (images) makanya dikasi nama Photo Blog. Contohnya adalah flickr.com.

Audio Blogs: Audio blogs adalah jenis tipe blog yang isi kontennya banyak terdapat file musik/suara (mp3, wav, dan midi). Audio blogs sering dikategorikan sebagai blog penyedia musik mp3 gratisan. Blog jenis ini sering di tutup atau banned karena banyak melanggar hak cipta. Audio Blogs dapat dikategorikan lagi sesuai dengan genre (aliran) musik yang disediakannya. Perusahaan musik juga menggunakan ini sebagai media promosinya, tetapi kebanyakan panjang musik dan kualitas suara dibatasi. Contoh blog jenis ini adalah: hehehe… saya gak mau bilang karena bisa melanggar hukum.

Mobile Blogs: Mobile blog atau moblogs adalah jenis tipe blog yang dibuat dan digunakan memakai peralatan mobile seperti PDA atau Mobile Phones yang telah mendukung kegiatan moblogs. Karena perkembangannya yang sangat cepat, di Singapore (negara tetangga kita) bahkan membuat sebuah hari nasional moblogs. Keren banget kan, sampai-sampai ada hari nasionalnya. Dalam moblogs biasanya isi kontennya hampir sama dengan general blogs (blog pada umumnya) yaitu berbasis tulisan tetapi porsinya tidak terlalu banyak. Dalam moblogs ada juga kegiatan photo sharingnya seperti phlogs tapi para moblogger menyebutnya gLogs.

Video Blogs: Video blogs atau Vlogs adalah jenis tipe blog yang isi kontennya terdapat banyak video/film. Mereka (vloggers) saling sharing video, pada masa awal perkembangannya, vlogs dibuat untuk tujuan khusus yaitu saling membagi dan membahas tentang hal video. Tetapi saat ini vlogs bisa dinikmati dan terbuka bebas untuk siapapun yang ingin membuatnya. Contoh vlog bisa dilihat di www.vlogmap.org.
Mengapa blog begitu populer?

Ada beberapa faktor yang bisa saya simpulkan mengapa blog begitu populer di mata masyarakat dunia dan Indonesia.

1. Mudah didapat dan ekonomis. Ini berhubungan dengan yang namanya strategy pemasaran yaitu semakin mudah mendapatkan barang semakin banyak pula orang yang menginginkannya. Maksud saya disini adalah, blog begitu mudah untuk kita akses, asalkan ada jaringan internet, maka blog pun bisa kita nikmati. Walaupun saat ini tidak semua masyarakat kita umumnya di Indonesia punya internet, tapi warnet-warnet telah banyak dibuka dan ini memberikan akses ke kita ke blog-blog yang ada. Hal kedua adalah Ekonomis. Saat ini, sudah ada puluhan penyedia blog gratis yang bisa kamu gunakan untuk membuat blog dengan nol rupiah. Ada beberapa layanan yang berbayar tetapi itu semua hanyalah tambahan ekstra fiturnya yang mana tidak menjadi persyaratan mutlak dalam memiliki blog.

2. Flexibilitas dalam menjalankannya. Blog memiliki keunggulan-keunggulan lebih dalam kegiatan maintenance (pemeliharaan) dan penambahan konten dibandingkan website statis.

Banyak perbandingan yang bisa kita ambil disini, pertama dalam segi membuat konten baru. Tanpa perlu ilmu html (bahasa pemrograman website), kamu dapat dengan mudahnya membuat tulisan, menambah gambar, atau video kedalam blog kamu. Semua dipermudah dengan sistem cms yang telah diintegrasi dengan user interface (tampilan) yang sangat mudah dimengerti setiap orang didunia ini.

Perbandingan kedua adalah, blog dapat kita atur sedemikian rupa agar sesuai selera tanpa harus ribet dengan masalah tampilan atau proses pembuatannya kecuali isi konten dimana pemilik blog bertanggung jawab untuk membuatnya. Banyak penyedia layanan blog gratis banyak juga penyedia layanan pendukung untuknya sehingga blog jauh lebih berkembang dan berbobot.

Perbandingan ketiga adalah blog sebagai media komunikasi dan interaksi. Kebanyakan blog memiliki konten yang dapat kita komentari bilamana kita memiliki pendapat-pendapat sendiri tentang artikel yang tertulis sehingga terjadi sebuah interaksi antara kita, pemilik blog dan pembaca blog lainnya. Ini adalah salah satu evolusi terbesar dalam internet dimana blog mengalahkan website tradisional karena dapat difungsikan sebagai alat komunikasi sehingga lebih dipercaya.

Tertarik untuk memiliki blog? Buatlah sekarang juga dan ikuti tutorialnya di blogpraktis.com…

Salam Ngeblog,

sumber : www.blogpraktis.com
Hak Cipta Dilindungi.

Rabu, 24 Juni 2009

SINGLE VENDOR VS MULTI VENDOR

Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini berdampak pada tuntutan bagi sebuah perusahaan untuk mengembangkan sistem penyampaian informasi dari tradisional menuju era digital information. Hal ini menjadi fokus kegiatan sendiri dalam perusahaan itu karena menjadi base land dari semua laju bisnis dan kepentingan perusahaan.

Dalam Buku Kamus Komputer dan Teknologi Informasi yang di tulis oleh Jack Febrian, kata ‘vendor’ mempunyai pengertian sebagai penyalur suatu perangkat baik hardware maupun software. Contohnya Metro Data, merupakan vendor yang menjual software dan hardware produksi IBM dan anak perusahaannya. Berdasarkan pengertian tersebut, single vendor adalah penyediaan barang atau jasa yang dari hardware sampai dengan software-nya berasal dari satu perusahaan atau merk. Sedangkan, multi vendor adalah penyediaan barang atau jasa yang hardware dan software-nya bisa dari berbagai macam perusahaan atau merk.

Munculnya beragam vendor penyedia sarana teknologi informasi harus dicermati secara baik oleh seorang manajer IT dalam sebuah perusahaan. Pemilihan dan penggunaan sistem tidak dapat dipandang sebelah mata, karena hal ini memerlukan perhatian lebih, apakah akan menggunakan sistem single-vendor yang artinya hanya satu merk saja atau multi-vendor, dalam hal ini mengintegrasikan berbagai merk dalam satu sistem.

Saat ini vendor-vendor saling bersaing dalam meningkatkan mutu dan teknologi. Sebagai contoh untuk memilih router sudah tersedia dari berbagai vendor seperti Juniper Network, Cisco, Linux based Router , Nortel, BSD-based router, dan lain-lain. Sedangkan untuk sistem operasi tersedia windows, linux, solaris, dan BSD. Untuk itu perusahaan harus benar-benar berhati-hati dalam memilih vendor. Semua tergantung dari kebutuhan perusahaan itu sendiri.
Seperti dibahas oleh Richardus Eko Indrajit dalam tulisannya mengenai infrastruktur multi sistem, bahwa paling tidak permasalahan ini harus dianalisa dari dua sudut pandang, secara finansial dan teknis.
Secara Finansial jelas terlihat bahwa memiliki sistem standar akan jauh relatif lebih murah dari pada sistem yang terbentuk dari beberapa komponen dengan standarnya masing-masing.

Pertama adalah masalah pemeliharaan atau maintenance. Satu sistem berarti satu vendor. Artinya, perusahaan hanya perlu menjalin hubungan dengan satu vendor sistem yang bersangkutan untuk kontrak supports dan services. Jika infrastruktur teknologi informasi terdiri dari beragam komponen dengan bermacam-macam merek, berarti perusahaan harus memiliki hubungan dengan beberapa vendor sekaligus, terutama untuk memelihara komponen-komponen yang sangat kritikal bagi bisnis (jika komponen tersebut rusak, dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan sehari-hari).

Kedua berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan SDM (internal training). Walau bagaimanapun, Divisi Teknologi Informasi perusahaan harus memiliki karyawan yang memiliki kompetensi dan keahlian terhadap sistem yang diimplementasikan di perusahaan. Memiliki sistem yang beragam berarti harus mengirimkan beberapa karyawan ke beberapa lembaga pelatihan. Biaya pendidikan ini tentu saja tidak sedikit, mengingat bahwa komponen teknologi informasi selalu berkembang dari satu versi ke versi baru berikutnya, sehingga karyawan harus selalu meng-update pengetahuannya sehubungan dengan perkembangan ini.


Ketiga adalah masalah interfacing. Tidak semua komponen dapat dengan mudah dipadukan dengan beberapa komponen lainnya. Terkadang perlu dibangun suatu jembatan komunikasi antara satu komponen dengan komponen lain tersebut. Untuk membangun interface ini, yang pada dasarnya dapat berupa perangkat keras maupun perangkat lunak, tentu saja diperlukan investasi khusus dari perusahaan yang tidak sedikit. Tentu saja biaya investasi semakin membengkak sejalan dengan semakin banyaknya komponen yang harus dikoneksi.

Keempat berkaitan dengan biaya-biaya tak terduga lain yang mungkin timbul di kemudian hari akibat adanya sistem yang tidak seragam. Misalnya jika salah satu komponen harus diganti karena telah diciptakannya komponen lain dengan versi yang lebih baru. Akibatnya, beberapa atau seluruh komponen yang terkait dengannya harus mengalami pergantian pula agar sistem dapat bekerja dengan normal (kalau komponen tidak diganti, ditakutkan sudah tidak ada lagi support atau services bagi komponen lama). Contoh lain adalah masalah keamanan atau redudansi sistem. Sistem yang baik adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa, sehingga jika ada sebuah komponen yang tidak bekerja karena sesuatu hal, ada komponen yang siap menggantikannya, sehingga proses tidak terhenti. Bayangkan berapa komponen harus dipersiapkan cadangannya jika sistem terdiri dari beraneka ragam komponen? Masalah klasik lainnya adalah terciptanya suatu aplikasi yang cenderung tambal sulam sehingga mengurangi kinerja sistem (integritas, keamanan, efisiensi, efektivitas, kontrol, dsb.) yang secara langsung dan langsung akan merugikan perusahaan secara finansial.

Jika ditinjau dari segi Teknis, tampak pula bahwa memiliki satu sistem standar akan jauh lebih baik dibandingkan dengan dengan memelihara sistem dengan beragam merek komponen.

Alasan pertama adalah masalah kompatibilitas. Banyak komponen yang tidak kompatibel antar satu dan yang lainnya (dibangun di atas aturan-aturan yang tidak baku), sehingga terkadang secara teknis tidak dapat terpecahkan (perusahaan harus memilih ingin berkiblat kepada merek komponen yang mana).

Kedua adalah masalah reliabilitas. Semakin banyak interface yang dibuat untuk menjembatani dua atau lebih komponen yang berbeda, akan akan semakin berpotensi mengurangi tingkat integritas sistem. Dengan kata lain, data atau informasi yang dihasilkan cenderung tidak akurat, redundan, tidak dapat dipercaya (memiliki kualitas yang rendah).

Ketiga adalah masalah kontrol dan pemeliharaan. Semakin beragam sistem, semakin sulit mengontrolnya karena setiap kali sebuah komponen ditambah atau diganti dengan versi baru, akan semakin bertambah kompleksitasnya (menciptakan persoalan-persoalan baru), sehingga semakin sulit mengontrolnya.

Keempat berhubungan dengan tingkat fleksibilitas sistem. Jika ada teknologi baru yang secara prinsip mengganti cara kerja komponen utama, maka harus diadakan perombakan secara teknis (desain baru dan konstruksi ulang) terhadap semua komponen terkait. Semakin kompleks sistem, akan semakin sulit merombaknya.

Kelima adalah masalah kinerja. Sering terjadi bahwa sistem standar memiliki kinerja yang jauh lebih baik (lebih cepat prosesnya, dan lebih hemat memorinya) dibandingkan dengan sistem campuran walaupun secara teknis spesifikasi masing-masing komponennya sama. Tentu saja perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasi hal ini.

Mengapa saat ini pada kenyataannya masih banyak perusahaan yang memiliki sistem dengan beragam merek komponen jika sudah jelas bahwa sistem dengan merek standar jauh lebih baik dan menguntungkan?

Alasan pertama adalah karena jarang terdapat sebuah vendor atau perusahaan teknologi informasi yang memiliki seluruh produk yang dibutuhkan oleh sebuah sistem informasi perusahaan. Jika ada pun, pasti merupakan perusahaan raksasa, seperti IBM dan Hewlett Packard, yang menjual komponen-komponennya dengan harga relatif mahal, yang hanya terjangkau untuk perusahaan skala menengah ke atas.

Alasan kedua adalah bahwa tidak semua komponen kritikal untuk bisnis perusahaan yang bersangkutan, sehingga untuk komponen-komponen ini (seperti modem, hub, kabel, monitor, dsb.) diputuskan untuk mencari merek yang beragam (kualitas baik untuk harga yang tidak begitu mahal).

Alasan ketiga berkaitan dengan resiko yang dihadapi perusahaan. Bayangkan jika perusahaan sudah memutuskan untuk menggunakan suatu merek tertentu dan pada suatu ketika perusahaan supplier komponen-komponen tersebut mendadak bangkrut?

Alasan berikutnya adalah karena sudah banyaknya komponen yang menjanjikan kompatibel dengan standar-standar internasional yang telah ditetapkan (contohnya adalah protokol komunikasi data, struktur database, user interface, dsb.). Walaupun berbeda merek, tetapi vendor pencipta komponen yang ada mengacu kepada spesifikasi teknis internasional, yang secara de facto telah menjadi standar sistem.

Alasan lain adalah masalah harga komponen. Komponen bermerek internasional dengan produksi lokal terkadang jauh sekali harganya, dimana komponen lokal dapat 2 hingga 10 kali lebih murah dibandingkan dengan produksi perusahaan internasional (apalagi dengan fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar yang terjadi belakangan ini). Belum lagi biaya pemeliharaan yang cenderung menggunakan mata uang dolar Amerika untuk produk internasional.

Berkaitan dengan masalah keamanan jaringan, seorang manajer perusahaan juga harus memperhatikan hal ini sebelum menentukan pilihan sistem yg akan digunakan. Menurut Budi Rahardjo dalam bukunya yang berjudul Keamanan sistem informasi berbasis internet, disebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kejahatan komputer terutama berhubungan dengan sistem informasi disebabkan karena transisi dari single-vendor ke multi-vendor sehingga lebih banyak sistem atau perangkat yang harus dimengerti dan masalah interoperability antar vendor yang lebih sulit ditangani. Untuk memahami satu jenis perangkat dari satu vendor saja sudah susah, apalagi harus menangani berjenis-jenis perangkat. Bayangkan, untuk router saja sudah ada berbagai vendor; Cisco, Juniper Networks, Nortel, Linux-based router, BSD-based router, dan lain-lain. Belum lagi jenis sistem operasi (operating system) dari server, seperti Solaris (dengan berbagai versinya), Windows (NT, 2000, 2003), Linux (dengan berbagai distribusi), BSD (dengan berbagai variasinya mulai dari FreeBSD, OpenBSD, NetBSD). Jadi sebaiknya tidak menggunakan variasi yang terlalu banyak. Menggunakan satu jenis sistem juga tidak baik. Ini dikenal dengan istilah mono-culture, dimana hanya digunakan satu jenis sistem operasi saja atau satu vendor saja. Karena bila terkena masalah (virus misalnya yang hanya menyerang satu vendor itu saja), maka akan habis sistem kita. Akan tetapi jika terlalu bervariasi akan muncul masalah seperti diutarakan di atas.

Lalu mana yang lebih baik? Single-vendor atau multi-vendor services?

Tentu saja setiap perusahaan memiliki kebijakan sendiri dengan pertimbangan yang bermacam-macam. Biasanya faktor utama adalah pembiayaan. Apakah perlu perusahaan kecil yang pembiayaannya minim menggunakan multi vendor? Bagaimana dengan perusahaan besar yang proses bisnisnya sangat rumit, apakah cukup dengan menggunakan single vendor? Bagaimana pula penerapan model IT infrastruktur pada perusahaan besar yang proses bisnisnya tidak terlalu membutuhkan jaringan IT? Semua itu adalah pertanyaan yang membutuhkan pertimbangan bukan?

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka pemilihan model single vendor atau multi vendor tergantung pada point-point berikut:

1. Financial Perusahaan
Pembiayaan adalah point utama dalam perusahaan. Kebijakan pemilihan sangat memperhatikan kondisi keuangan perusahaan. Antara multi vendor yang pembiayaanya relatif murah namun berisiko tinggi atau single vendor dengan pembiayaan tinggi namun berisiko rendah?

2. Proses Bisnis/ Teknis
Perusahaan harus melihat proses bisnis yang dijalankan. Apabila proses bisnisnya masih sederhana atau bahkan tidak terlalu tergantung pada jaringan IT, maka perusahan bisa memilih single vendor . Sedangkan perusahaan yang proses bisnisnya banyak membutuhkan IT perlu mempertimbangkan pengunaan multi vendor.

Kesimpulan

Saya sangat sependapat dengan Pak Budi di atas, sama halnya seperti yang diuraikan Pak Richardus bahwa dalam menjawab hal tersebut harus diadakan analisa lebih jauh dan mendetail, yang selain harus dilihat dari kacamata finansial dan teknis, harus pula dilihat dari perspektif lain, seperti sumber daya manusia, perencanaan strategis, operasional, struktur organisasi, budaya perusahaan, dan lain sebagainya

Secara prinsip memang lebih baik menggunakan standar untuk komponen-komponen utama teknologi informasi - misalnya untuk komputer pusat (server) dan komponen-komponen jaringan (LAN) – dan non standar untuk komponen lain yang bersifat tambahan. Analisa resiko dan analisa keuangan (cash flow basis) pun harus dilakukan dengan seksama untuk menghindari kesalahan perkiraan pengeluaran di kemudian hari.

Banyak orang yang berpikiran bahwa biaya pengembangan teknologi informasi berhenti setelah sistem dibuat dan diimplementasikan. Padalah banyak sekali biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) pada tahap pasca implementasi, terutama yang berhubungan dengan pemeliharaan sistem, dan pengembangan sistem di kemudian hari.


Referensi:
1)Richardus Eko Indrajit. (2008). Infrastruktur Multi-Sistem dipandang dari Perspektif Teknis dan Keuangan. Diakses 19 September, 2008, dari http://www.indrajit.org.
2)Budi Rahardjo. (2005). Keamanan Sistem Informasi Berbasis Internet. Bandung: PT Insan Infonesia. Jakarta: PT INDOCISC. Jakarta, 1998-2005.
3)Vandana, Thottoli.. “Single vs. Multi vendor approach?.” http://techrepublic.com.com/5208-11179-0.html
4)Cisco. “Risk Mitigation: Reducing Risk Through Single-Vendor Integrated Network. White Papers” Sept. 17, 2008.
http://www.cisco.com/en/US/prod/collateral/switches/ps5718/ps708/ps713/prod_white_paper0900aecd806db80d.html
5)Taylor, S. Metzler, J. “Single, dual or multivendor sourcing – which works better? Wide Area Networking Alert”. Network World . Agt, 1 2008. http://www.networkworld.com/newsletters/frame/2008/0107wan1.html?page=1
6)Febrian, Jack. 2007, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi. Bandung: Informatika Bandung.
7)Putra, Budi, 2006, Sejumlah Vendor Ciptakan Spesifikasi Bersama, [online], (http://www.tempointeractive.com/hg/it/2006/04/20/brk,20060420-76448,id.html, diakses tanggal 19 September 2008)